Pages

Wednesday, 25 June 2025

Jembatan Pikiran

You were right! Counts for nothing if you can’t defend it!  (Dr. House)

Salah satu hal yang menantang buat saya adalah menerjemahkan apa yang saya pikirkan dalam kata-kata, baik itu kata-kata lisan maupun tulisan. Terkadang pikiran kita terlalu cepat untuk diucapkan atau dituliskan dengan kata-kata. Alhasil banyak buah pikiran yang terlewat atau tidak tersampaikan. Di sinilah awal mula dari salah paham. Miskomunikasi kata orang.

Terkadang kita juga begitu cepat berasumsi. Kita berasumsi orang lain paham dengan apa yang kita sampaikan. Ujung-ujungnya kita menuntut lebih. Menuntut agar orang lain paham dengan pikiran dan perasaan kita. Padahal bisa jadi situasinya tak sama. 

Pada kasus lain kita terkadang terpaksa setuju dengan pendapat orang, hanya karena kita tidak bisa menerjemahkan argumen pikiran kita dalam kata-kata yang baik dan terstruktur. Padahal bisa jadi argumen kita lebih benar dan lebih baik. Laiknya peribahasa minang, "cakak habih, silek takana". Pertengkaran usai, baru ingat gerak silat. Bayangkan kalau adu argumen ini menyangkut kebijakan publik atau kepentingan orang banyak. Sayang sekali bukan?

Untuk itu, kadang kita perlu berlatih untuk mengemukakan pendapat dengan baik dan benar, terstruktur dan sistematis. Kadang kita perlu menjembatani pikiran kita dengan kata-kata. Berlatih dengan berbicara atau bercerita. Menulis atau beropini. 

Kata sebagai jembatan pikiran

Kadang kita takut tulisan kita tak bagus, opini kita tak berbobot, ucapan kita centang parenang. Tapi kalau tak dibiasakan dan tak dilatih, kapan kita akan bisa. Maka menulis, sebagai salah satu cara untuk menjembatani pikiran, perlu dilatih dan dilakukan. Kalau tak bisa menulis, berbicaralah. Sampaikan argumen pikiran itu dengan kata-kata yang baik. Beritakan ide dan opini yang kamu pikirkan kepada orang banyak. Karena seringkali dari perbedaan pandangan, timbul ide-ide baru yang segar.

Kita tidak perlu takut untuk menyampaikan pendapat. Tak perlu jadi sempurna untuk dapat berbicara dan menulis. Ide-ide besar tidak lahir dari keheningan, tapi dari keberanian menyuarakan pikiran. Karena itu, menulislah!

-- ditulis oleh A.A.


No comments:

Post a Comment