Friday 19 March 2021

Cukuplah Kematian sebagai Pengingat

Malam ini, subuh pukul 5 pagi aku tersentak bangun. Aneh, aku bangun dengan segar meskipun semalam capainya luar biasa. Aku terbangun karena satu mimpi yang masih terngiang jelas hingga sekarang, dan aku tak ingin melupakan mimpi ini sampai kapanpun...

Dalam mimpi aku berada di suatu tempat yang rasanya tak asing lagi. Seperti bangsal asramaku ketika SMA. Di antara tempat tidur tingkat yang berdekatan, aku sedang bercengkrama dengan teman-teman. Entah siapa yang di sekitarku, akupun tak paham. Tengah asik bercerita, lewat dua orang berseragam di depanku. Perawakannya besar, berkumis dan seperti orang Arab. Sekilas mirip petugas haji atau polisi. Sesaat tiba-tiba salah seorang petugas itu berhenti di dekatku dan bertanya dengan Bahasa Arab. Aku tak paham dan sekilas hanya menangkap dia bertanya "Apakah kamu bisa Bahasa Arab?". Dengan kikuk aku menjawab "little bit". Tak paham petugasnya. Lalu aku menjawab "zahrah.. zahrah". Entah kenapa aku teringat ayat Al Quran tentang sebesar zahrah. Lalu petugasnya berkata lagi dalam Bahasa Arab yang tak aku mengerti. Sekilas hanya kutangkap dia berkata "al mauutu zikra". Entah benar atau tidak Bahasa Arab yang kudengar. Aku cuma menangkap dia mengatakan "Kematian itu adalah Pengingat".

Tuesday 3 October 2017

Gading, Belang dan Nama

Gajah mati meninggalkan gading
Harimau mati meninggalkan belang
Manusia mati meninggalkan nama

Monday 25 September 2017

Menjadi Dewasa

Life is not as easy as you think, boy!

Kira-kira dua puluh tahunan yang lalu, saya sering berandai-andai jadi orang dewasa. Dalam lamunan saya, menjadi orang dewasa itu mengasikkan. Tak ada tugas, pekerjaan rumah, ujian, ujian nasional de el el. Jadi orang dewasa itu menyenangkan. Pendapat kita didengar, apa mau kita bisa kita wujudkan sendiri, tidak tergantung sama orang lain. Makanya waktu sekolah dulu prinsip saya saat ujian hanya satu, badai pasti berlalu 😁

Seiring waktu, saya mulai tersadar. Dulu yang berandai-andai menjadi dewasa, sekarang berandai-andai jadi kanak-kanak. When your problem is just as simple as a school assignment. When your wondering is just about what kind of playing will you play with your friend tomorrow.  

But life must goes on! Hidup harus terus berjalan. Waktu akan terus berlalu. Pengalaman dan perjalanan yang kita tempuh, akan jadi pelajaran dan semangat di saat kita lelah.

Wednesday 19 October 2016

Roller Coaster

Naik.. turun.. naikk.. gak turun-turun..

Mari kita berkisah tentang roller coaster. Saya pernah naik roller coaster.. satu kali. Itupun karena "dipaksa". Ampun deh sekali itu aja.. Ibarat kata, kalau boleh pilih antara naik roaller coaster sama ayam panggang pasti saya pilih ayam panggang.

Pertama kali naik roller coaster hanya satu yang terpikir. Gimana kalau saya mati di sini. Gimana kalau sekrupnya lepas. Gimana kalau gak ada remnya. Gimana kalau pengaman saya copot sendiri.. Kalau gak didorong dengan gengsi waktu itu, mau rasanya saya pulang.

"I am not afraid of height.. I am afraid of falling" (Dr. C)

Thursday 25 August 2016

Idealis vs Pragmatis (bag. 2)

Pada postingan saya dulu, telah saya sampaikan tentang apa itu idealis dan pragmatis dalam pandangan saya. Namun, kejadian baru-baru ini membuat saya kembali berpikir apa makna idealis sebenarnya dan mengapa orang yang dulunya sangat idealis bisa berubah menjadi sangat pragmatis. Contohnya, para aktivis mahasiswa yang pada masa mudanya sangat gencar berdemo melawan korupsi bisa saja pada masa tuanya tertangkap tangan sebagai pejabat yang korupsi. Banyak contoh lain yang bisa kita ungkap. Pertanyaannya adalah mengapa? Mengapa mereka berubah? Kemana idealisme yang dulu mereka gaung-gaungkan?

Idealisme, menurut hemat saya saat ini, adalah prinsip yang ideal, prinsip yang 'seharusnya', prinsip yang dapat dipegang teguh saat kehidupan yang kita jalani adalah kehidupan yang ideal. Prinsip ini sulit untuk dipertahankan saat kondisi kita tidak mendukung. Ambil contoh seorang ilmuwan. Idealnya, ilmuwan tugasnya adalah meneliti dan menemukan hal baru. Namun karena kondisi finansial yang tak memungkinkan, gaji yang tak cukup, hasil yang tak sesuai dengan usaha yang dikeluarkan, maka dicarilah jalan lain, berdagang atau bikin proyekan misalnya. Atau seorang dosen yang harusnya fokus mengajar dan meneliti, tapi karena gaji dosen yang pas-pasan, dicarilah jalan lain sehingga profesi dosen hanya jadi profesi sampingan. Akibatnya mahasiswapun jadi terbengkalai dan hasilnya tak maksimal.